Cara memberikan pakan fermentasi pada kambing kini sudah diterapkan oleh sebagian kecil peternak di Indonesia, dan hasilnya real banyak yang sukses, baik sukses dalam urusan irit waktu pemeliharaan, irit urusan biaya pemeliharaan, efektif untuk meningkatkan hasil penjualan, sukses dalam mengembangkan agrobisnis dengan start awal peternakan kambing.
Ternak Kambing Modern dengan Pola Pakan Fermentasi
Namun kesuksesan para peternak modern ini tentu saja sebelumnya melewati tahap sulit, diantara kesulitan-kesulitan tadi adalah :
Pola pikir gaya lama
Pola pikir gaya lama inilah yang menghambat masuknya informasi berkembangnya teknologi tepat guna dalam usaha ternak kambing. Hal ini terlihat dari pertanyaan-pertanyaan simple seperti : “ kok mudah banget, kok kambing dikasih makanan jerami, kok kambing dikasih makan gedebog pisang, nanti kambing akan mati kalau makan pakanan yang tidak biasanya. nanti kambing bunting akan keguguran kalau makan pakan fermentasi, kualitas dagingnya dipertanyakan, lebih enak makan daging kambing yang makan hijauan, ” dll.
Lingkungan
Komunitas peternak kambing di desa, biasanya sangat sensitif, apalagi kalau adanya ilmu-ilmu baru, mereka cenderung menolak, mencemooh dan tidak percaya, namun sebenernya perkembangan teknologi peternakan ini sangat membantu mereka dalam mengelola bisnis ternak kambingnya. Perlu diingat bahwa tidak selalu peternak akan mudah untuk mendapatkan pakan hijauan, apalagi kalau musim kemarau, nah pola makan fermentasi ini akan sangat membantu dalam pemberian pakan, sehingga di lingkungan peternak tidak akan ada lagi gesekan karena rebutan pakan hijauan.
Baca juga:
Pembinaan Pemeliharaan dan Kesehatan Ternak Kambing
Fermentasi Pakan Ternak Dengan Produk Nasa
Akses informasi
Ini juga sangat memperngaruhi penyebaran informasi teknologi peternakan kambing modern, khusususnya penduduk di pelosok desa dan belum ada internet dan tidak dijangkau dan dikunjungi oleh petugas dinas peternakan.
Akses penjualan
Pola pakan fermentasi sedikit banyak ditentang oleh para pedagang kambing, karena anggapan kualitas dagingnya jelek, kambing tidak sehat dll, namun perlu disadari, Indonesia masih mengimpor ribuan sapi dari Australia tiap tahunnya, pertanyaannya apakah disana ada orang yang tiap hari pergi ” NGARIT RUMPUT ” ? owh ternyata tidak juga..ternyata mereka menerapkan sistem pola makan fermentasi. Bagaimana rasa kualitas dagingnya, hmmmm enak-enak saja, buktinya ketika kita makan sate, tongseng kambing kita tidak pernah nanya, sebelumnya kambingnya dikasih makan apa ?.
Perlu diingat ketika kita mampu mensupply kebutuhan pasar daging khususnya untuk daging kambing, itu lah yang lebih disukai pasar karena mampu mencukupi kebutuhan pasar dengan harga yang lebih terjangkau. Ingat penjualan kambing bisa dilakukan sendiri dengan menggunakan jasa internet, kambing bisa dijual kemana saja, baik dalam keadaan hidup maupun dalam keadaan bentuk daging siap konsumsi. Jangan risau, masa depan peternakan kambing tidak tergantung dan tidak hanya dikuasai oleh tengkulak kambing, tapi kita bisa menjualnya langsung ke konsumen dan aplikasikan jualan anda di dunia online dan medsos.
Dengan demikian kita berharap peternak kambing dapat saling berkomunikasi, berbagi share ilmu dan informasi peluang usaha sehingga usaha peternakan kambing kita semua bisa lebih efektif, produktif dan bisa menjadi mata pencaharian yang lebih baik di kemudian hari.