Teh merupakan komoditas unggulan Jawa Barat, yang kontribusinya hampir 20% dari seluruh ekspor teh Indonesia, bahkan kualitas ekspor jadi komoditi di daerah ini.
Dahulu petani teh membudidayakan tanaman tanpa menggunakan masukan kimiawi, dalam meningkatkan produksi tanaman menggunakan bahan-bahan seperti pupuk kandang, kompos, limbah rumah tangga serta pestisida nabati. Walaupun cara seperti ini, tidak meningkatkan produktivitas yang terlalu tinggi, tetapi keadaan tanah cukup baik dan tidak terdapat pencemaran lingkungan. Saat ini, cara budidaya tanaman teh seperti ini sudah mulai ditinggalkan, karena petani lebih memilih cara-cara yang instan yang lebih mudah dilakukan.
Namun, dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan, selera konsumen beralih ke produk yang sehat bebas dari residu kimiawi. Produk teh yang dikonsumsi adalah seduhan daunnya, sehingga aspek residu terasa langsung oleh konsumen. Permintaan akan teh organik ke depan akan lebih meningkat dan lebih prospektif.
Saat ini produk teh organik di Indonesia masih terbatas, karena beberapa kendala yang dihadapi seperti konversi lahan dari non organik ke organik, sertifikat organik dari instansi tertentu dan lain lain. Sisi lain yang menarik dan prospektif adalah harga teh organik dapat 3-5 kali lipat dari teh non organik.