Pakan Ternak dari Fermentasi Jerami Padi Dengan Mikroorganisme Lokal Jadi Alternatif

Salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan pakan ternak secara kontinu. Saat ini sangat dirasakan ketersediaan hijauan makanan ternak mulai terkendala masalah lahan akibat peningkatan penggunaan untuk keperluan pangan, pemukiman dan industri.

Oleh karena itu perlu dicari sumber pakan lain yang dapat menggantikan hijauan tersebut serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. Sumber pakan sebaiknya mudah didapat, tersedia dalam jumlah yang banyak dengan biaya yang relative murah. Diantara limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan kasar untuk pakan adalah jerami padi. Limbah pertanian berupa jerami padi diperkirakan dapat memenuhi kriteria tersebut. Dimana produksi jerami padi mencapai 39,5 juta ton /tahun (Djajanegara dan Sitorus, 1983 ).

Jerami padi masih sedikit sekali dimanfaatkan oleh peternak sebagai pakan dalam usaha peternakan, khususnya usaha sapi potong. Menurut Fatmawati .dkk (2004) bahwa kandungan jerami padi berdasarkan bahan kering 89,57 %, protein kasar 3,2 % ,serat kasar 32,56 %, lemak 1,33%, NDF 67,34 %, ADF 46,40%, selulosa 40,80% hemiselulosa 26,62 %, dan lignin 5,78%. Namun demikian pemanfaatan jerami padi sebagai makanan ternak menghadapi kendala karena tingginya kandungan lignin yang berkaitan dengan selulosa dan hemiselulosa, kandungan protein yang rendah sehingga kecernaan menjadi rendah.

Baca :  Kunci Sukses Mengambil Peluang Usaha Memproduksi Tanaman Sayur Sayuran

Menurut komar (1984) karena rendahnya kualitas dari jerami padi terutama kandungan protein kasar, bila diberikan pada ternak dalam jumlah yang besar tidak dapat meningkatkan produksi dari ternak tersebut. Sutrisno (1988) menyatakan bahwa penggunaan jerami padi sebagai makanan ternak masih kurang bermanfaat karena rendahnya kandungan zat – zat makanannya. Oleh karena itu untuk meningkatkan nilai gizi dan kecernaan jerami padi perlu dilakukan pengolahan agar dapat dimanfaatkan ternak secara optimal. Perlakuan biologis menggunakan mikro organisme penghasil enzim selulase dapat di lakukan.

Baca :  Kiat Sukses Beternak Ayam Potong Pedaging Broiler

Salah satu organisme yang dapat di gunakan dalam fermentasi adalah dengan menggunakan mikro organisme lokal (MOL) yang di isolasi dari limbah jerami padi yang telah membusuk. Dalam medium fermentasi selain membutuhkan unsur karbon juga membutuhkan unsur-unsur lain seperti nitrogen vitamin dan mineral (Schlegal, 1994) dan salah satu bahan yang dapat di gunakan adalah dedak halus, yang merupakan hasil sampingan dari pengolahan hasil pertanian. Kandungan zat gizi dedak halus berdasarkan porsentase bahan kering terdiri dari protein kasar 12%, lemak kasar 13% dan serat kasar 12% (scott, 1976).

Baca :  Inseminasi Buatan (IB) Generasi Pertama

 

Dalam pelaksanaan fermentasi, lama fermentasi merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Lama fermentasi yang singkat mengakibatkan terbatasnya kesempatan dari mikroorganisme untuk terus berkembang, sehingga komponen substrat yang dapat dirombak menjadi massa sel juga akan sedikit tetapi dengan waktu yang lebih lama berarti memberi kesempatan bagi mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang biak (Fardiaz, 1992). Kemudian Sulaiman (1988) menambahkan bahwa semakin lama waktu fermentasi semakin banyak zat makanan yang dirombak seperti bahan kering dan bahan organik.

 

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat di simpulkan bahwa fermentasi dengan MOL tidak mampu meningkatkan atau menurunkan nilai gizi secara keseluruhan. Fermentasi dengan lama 20 hari mampu menurunkan bahan organik dan bahan kering dan kandungan abu pada jerami padi. /Ariani Kasmiran