Asep Rahmat Hidayat (pekebun buncis di Cianjur) selain membenamkan dan menyiram daerah sekitar perakaran, ia juga menyemprotkan pupuk hayati ke daun. Teknik ini berbeda dengan teknik pemakaian pupuk hayati pada umumnya. Asep tak menyangka dengan teknik barunya ini, ia dapat memanen buncis 15 kali dengan total 1.5 ton pada lahan seluas 1.500 m2. Hasil panen asep hampir 2 kali lipat dari kebun tetangga yang luas lahannya sama hanya dapat dipanen 10 kali (0.8 ton). Asep mengaku bahwa buncisnya hanya dipasok dengan pupuk hayati dan pupuk kandang. Di mana pekebun lainnya menggunakan pupuk kimia sintetis dalam memenuhi kebutuhan N, P, dan K tanaman.
Pupuk hayati tak hanya mengandung mikroba pelarut hara, namun juga penghasil hormone. Teknik semprot ke daun dapat memudahkan serapan. Hormon dan unsur hara dapat diserap daun melalui stomata, celah retakan kutikula, serta celah epidermis di permukaan daun bagian atas. Kombinasi semprot, siram, dan benam merupakan kombinasi yang paling efektif.
Pupuk dasar yang digunakan Asep adalah ½ kg pupuk kandang (kandang kambing dan ayam, perbandingan 10 : 1). Pupuk dasar dibenamkan 7 hari sebelum tanam pada setiap lubang tanam. Empat hari kemudian, Asep menyiram pupuk hayati 30 ml dengan 10 l air. Tiga hari kemudian benih buncis ditanam. Setelah 2 minggu pascatanam, pupuk hayati daun disemprotkan.
Pupuk hayati daun disemprotkan pada ujung tunas, daun, percabangan, dan sekitar perakaran. 30% ke tajuk sedangkan 70% ke daerah perakaran. Jika pupuk hayati yang digunakan mengandung mikroba tinggi, misalnya 108 bakteri per ml, sebaiknya menggunakan dosis rendah sekitar 30 ml per 10 l air. Ini perlu diperhatikan, karena jika berlebihan dapat membakar daun atau menghambat pertumbuhan.
Penyemprotan dilakukan kembali pada hari ke-21, 28, dan 35 dengan cara dan dosis yang sama. Pada hari ke-45 buncis siap dipanen, pascapanen pertama penyemprotan dilakukan kembali untuk terakhir kalinya. Dengan teknik baru ini, Asep dapat memanen 100 kg buncis setiap 2 hari sekali hingga panen ke 15.
Itulah peran bakteri yang terkandung dalam pupuk hayati, diantaranya Azospirillum sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Rhizobium sp, dan Bacillus sp. Selama ini kumpulan bakteri tersebut dikenal sebagai penambat nitrogen, melarutkan fosfat, dan kalium dalam tanah. Tak disangka, bakteri tersebut juga dapat menghasilkan beraneka ragam hormon pengatur tumbuh (auksin, giberelin, dan sitikonin). Wajah baru dari bakteri pupuk hayati ini perlu dipelajari lebih dalam dan diterapkan. Mengapa? Karena hormon merupakan metabolit sekunder yang disekresi bakteri. Agar menjalankan peran yang maksimal, perlu ada minimal 104 bakteri per ml.
Hoflich, peneliti Institute Soil Ecology Jerman, membuktikan bahwa bakteri dapat menghasilkan hormon. Ia mengamati beberapa strain bakteri Rhizobium yang ternyata dapat menghasilkan hormon sitokinin dan auksin. Bukti lain juga mendukung teknik Asep, Juwinatah (Departemen Biologi, Universitas Airlangga) melaporkan hasil penelitiannya yaitu 5 spesies bakteri Pseudomonas mampu memproduksi hormon auksin. Hormon penting bagi tumbuhan untuk mengatur pembelahan sel dan pembentukan buah. Pantas saja jika teknik Asep dapat menghasilkan buncis 2 kali lipat ketimbang pekebun lainnya.
Cara Membuat Pupuk Hayati
Pupuk hayati untuk semprot daun bisa dibuat sendiri, berikut adalah cara membuat pupuk hayati untuk semprot daun :
- 50 kg kotoran hewan dicampur dengan 120 l air dalam drum. Masukkan ½ decomposer yang mengandung bakteru Lactobacillus sp, Actinomycetes sp, Streptomycetes sp, Acetobacter sp, Ectomycoriza, serta kapang dan ragi. Diamkan selama seminggu / 7 hari.
- Setelah seminggu, saring air di permukaan drum. Ambil air dalam drum lalu encerkan dengan air, perbandingan 1:1.
- Semprotkan ke seluruh bagian tanaman dari ujung tunas, daun, percabangan, sampai daerah perakaran. Saat penyemprotan tunas baru wajib terkena pupuk.